Bid’ah Hari Ibu???
Sekedar menghabiskan luang,
bolehlah kiranya saya berbagi kejenakaan sekaligus kejengkelan dari polah para
cendikia yang begitu luas wawasan dan pengetahuannya bernama ‘kita’. “Kita? Loe
aja, kali?” Iya, makanya saya sebut kita karena bisa jadi termasuk saya; Jika
Anda memang sudah pasti.
Kita maksud saya adalah kita yang
sedikit-sedikit update status, bentar-bentar broadcast berita, dan banyaknya
share info yang belum tentu sudah dibaca secara rinci, detail, tuntas, dan
dipahami; Bukan hanya isi tapi juga dampak dari postingan kita yang menyebar
tanpa ada Satpol PP yang mampu membendungnya.
Itulah menariknya kita. Sebab dengan
tingkah itu, sadar tanpa sadar, berpotensi membatasi atau minimal membuat orang
lain galau dalam berekspresi.
Kemarin hari, 22 Desember, di
negeri ini diperingati Hari Ibu. Sebagaimana biasa, sebagai warga medsos yang
baik dan peka terhadap segala fenomena yang terjadi di alam ini, berjejerlah
antrian postingan bertema selamat hari ibu di tampilan timeline. Sekedar eksis
karena susahnya cari tema sendiri atau bentuk sebuah bakti suci tak terperi seorang
anak terhadap ibunya, hampir semua pengguna akun medsos, kecuali yang kuotanya
habis, ikut menyemarakan propilnya dengan segala sesuatu tentang ibu.
Ada gula tak ada semut tentu
mustahil sebelum semut kejangkit diabet. Gula selamat hari ibu pun hadir
disertai Semut PP yang memberikan himbauan, peringatan, bahkan kecaman untuk
tidak ikutan berpartisipasi memperingati hari ibu.
Untuk hal ini, saya berlindung
diri untuk tidak membenarkan dan menyalahkan. Pertama, untuk saya pribadi hal
ini tidak lebih penting dari sholat subuh berjamaah dan cukupnya makan istri dan
anak saya di rumah. Kedua, belum ada indikasi pecah perang dunia III karena
memperingati atau tidak memperingati hari ibu.
Jadi maaf-maaf saja, sekira lagi
banyak kerjaan atau masanya saya jenuh untuk iseng, pasti saya tak akan
membahasnya.
Sebenarnya, lebih ke mencoba
mendalami pemikiran teman-teman. Saya tak habis pikir, kenapa Peringatan Hari
Ibu dikatakan bid’ah. Bukankah bid’ah itu terkait perkara agama meliputi akidah
dan ibadah?
"Barang siapa membuat suatu
perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut
tertolak." (H.R. Bukhari)
Ke-dhoif-an menuntun saya untuk
memandang bahwa hal tersebut (Hari Ibu) adalah sesuatu yang netral. Tak ada
hukum yang mengikat dan tidak ada akibat yang muncul secara langsung dari ada
tidaknya hari ibu.
Di indonesia sendiri pencetusan
hari ibu diambil dari tanggal pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I tanggal
22 Desember 1928 di Yogyakarta. Saya tidak melihat ada latar belakang agama di
sana.
Setelah status bid’ah, poin lain
yang diangkat dalam menentang Hari Ibu adalah keharusan menghormati Ibu di
setiap saat. Bukan satu hari saja.
Jelas dan tak bisa dibantah bahwa
hal tersebut benar adanya. Sebagaimana perintah Allah SWT untuk berbuat baik
kepada Ibu dan Bapak sepanjang hayat sampai kedua orang tua kita lanjut usia (QS.
17 : 23-24).
Namun, ketika Anda mengecap
seseorang hanya ingat ibunya hanya satu hari dalam satu tahun berdasar
postingan hari ibu, hendaklah Anda tahu bahwa memang seperti itu adanya. Hati-hati,
hal tersebut sangat berpotensi fitnah. Bukankah akan sangat sulit ditemui orang
yang sampai tidak menyapa ibunya di dua hari raya?
Tidak ada kewajiban untuk
menyetujui pendapat saya. Tapi ada baiknya, jika memang tidak setuju, silahkan berteguh
hati dengan sikap tersebut dan jika ada yang bertanya kenapa, maka tinggal dijawab,
“Saya dituntut mengagungkan Ibu tiap hari.” Itu lebih dari sekedar cukup dan
jauh lebih baik dari propaganda penistaan terhadap pihak yang memperingati Hari
Ibu, bil khusus, di media sosial.
Dengan berbagi himbauan, peringatan,
bahkan kecaman untuk tidak ikutan berpartisipasi memperingati hari ibu di media
sosial, Anda bukan hanya melempar persepsi ke alam bebas yang siapa pun bisa
melihatnya. Lebih dari itu, Anda telah menebar benih tidak simpati dari banyak
pihak.
“Tak apa, ini konsekuensi syiar,”
mungkin itu pikir Anda. Maka dengarlah bisikan ini, “Syiar Anda telah gagal!”
Wallahualam.. sangat menunggu
pelurusan bagi siapa pun yang paham
Komentar
Posting Komentar