Menjalin Komunikasi Sebagai Solusi dari Berbagai Masalah pada Perkembangan Anak

doc. pribadi

Selain panjang, semoga judul di atas tidak terlalu berasa 'wow' lalu Anda menganggapnya lebay. Jujur saja, saya memang agak bingung untuk melabeli artikel yang hendak saya tulis kali ini. Namun, gagasan inti yang ingin saya bagikan kali ini memang seputar bagaimana komunikasi menjadi solusi bagi banyak persoalan anak pada masa perkembangannya.

Sejenak kembali ke beberapa saat lalu atau kala anak saya berusia sekitar 2 tahunan, ada sebuah kejadian unik yang tak mungkin saya lupakan di sana. Waktu itu, keluarga kecil saya tengah berlibur di kawasan Cipanas Garut. Bermula saat saya dan anak saya tengah menikmati warna-warni ikan di kolam penginapan, munculah seorang pedagang balon dengan menenteng beberapa balon udara di tangannya.

Melihat ada seorang anak kecil yang biasanya antusias terhadap jajanan dan benda baru, dia pun mendakati anak saya sambil mencoba merayunya agar tertarik. Si Anak menatap orang yang menghampirinya dengan kalem. "Mau balon, De? Lihat, bagus-bagus loh, warnanya," Mang Balon mulai menawarkan dagangannya.

Anak saya masih saja tak bereaksi meski tetap memperhatikan Si Mang dan dagangannya. Tak patah arang, Si Mang terus menggodanya. Saya sengaja tak ikut campur sambil penasaran nunggu reaksi dari Anak saya. Apa dia akhirnya minta dibelikan, memilih dan mengambil balon tanpa meminta persetujuan ayahnya, atau merengek penuh isyarat?

Lama ditunggu, anak saya tetap tak bergeming hingga Si Mang pun menyerah dan bilang, "Teu palayeun (nggak mau)," sambil beranjak pergi. Saya pun hanya menanggapinya dengan senyuman.

Khawatir anak saya tak bereaksi karena takut, takut meminta sama ayahnya atau mungkin takut Si Mang yang terlalu agresif, saya pun bertanya kepadanya. "Kenapa nggak beli, Sayang? Padahal beli saja kalau kau mau." Jawaban Si Anak kala itu cukup mengejutkan, "Tapi kan nggak perlu. Kata Papih, kalau nggak perlu nggak usah beli, kan?"

Netnot! Antara kasian dan bangga, saya bingung untuk berekspresi atas jawaban cerdas dari anak saya. Namun yang pasti, saya sadar bahwa gagasan yang pernah saya sampaikan kepadanya ternyata bukan hanya didengar tapi juga dia sepakati. Terlebih, ini bukanlah yang pertama terjadi. Sebelumnya, moment serupa pernah terjadi dan hasilnya relatif sama.

Bagi saya, ini bukan soal berhasil mendidik anak nggak suka jajan, ya. Lebih dari itu, inilah contoh dari komunikasi sebagai solusi dari berbagai permasalahan pada masa perkembangan anak. Meski anak saya saat itu baru berusia 2 tahunan, komunikasi sudah kami biasakan dalam membahas segala hal yang dia pertanyakan atau pada setiap maksud yang hendak saya sampaikan kepadanya.

Pilihan komunikasi sebagai interaksi dua arah benar-benar saya rekomendasikan dalam setiap kesempatan yang bersifat pemberitahuan, perintah, maupun ajakan, yang hendak orang tua sampaikan kepada anak.

Tak soal dia masih kecil, jangan dulu pikir percuma karena anak tak akan mengerti. Gunakanlah bahasa sederhana, halus, ditambah sedikit kesabaran. Perlahan saja dan rehat sejenak jika anak tak dapat mengikuti. Jangan dipaksakan tapi jangan juga berhenti membangun komunikasi yang baik dengan anak.

Lebih jauh tentang komunikasi antara orang tua dan anak, pembiasaan komunikasi dalam rangka mencari titik temu pemahaman atau paling tidak keinginan kedua pihak, memiliki manfaat yang antara lain adalah:

1. Menciptakan Kenyaman
Dengan mengambil komunikasi sebagai solusi, anak jauh lebih nyaman dan merasa dihargai. Jauh berbeda saat kita menggunakan kata perintah apalagi ancaman fisik. Anak akan menghindar dan jauh dari kita. Jika pun fisiknya dekat, hatinya tak akan pernah ingin dekat dengan Anda.

2. Menumbuhkan Percaya Diri
Anak sangat membutuhkan sosok yang dia percayai. Percaya dapat melindungi dia dari ancaman, percaya bisa mengatasi segala masalah, bahkan percaya untuk dapat penuhi segala inginnya. Tak ada yang cocok menjadi sosok ini selain orang tua, khususnya ayah. Ketika komunikasi dengan anak telah terjalin baik, mereka tak akan ragu dalam menempatkan orang tuanya sebagai sosok yang dia percayai. Dari sana, keberadaan orang tua pun menjadi bekal dalam menumbuhkan kepercayaan dirinya.

3. Mengajarkan Berpikir Realistis
Poin ini cukup krusial dalam budaya kita yang tak jarang mencocoki anak dengan hal-hal tak masuk akal. "Jangan nangis malam-malam, nanti ada yang ikut nangis!", atau "Kok makannya nggak habis? Nasinya nangis, loh!"
Komunikasi dengan format diskusi dan penanaman pemahaman mungkin membutukan kesabaran lebih. Tapi itu jauh lebih baik daripada memberikan ancaman tak masuk akal meskipun mungkin itu lebih mudah untuk dilakukan.

4. Menjalin Kedekatan Emosional
Manfaat yang tak terbantahkan dari adanya komunikasi yang baik adalah terjalinnya kedekatan emosional kita dengan anak. Soal kedekatan emosional, sepertinya kita semua cukup paham urgensinya.

5. Lebih Mudah Membangun Kesepahaman
Akhirnya, berbagai manfaat komunikasi yang telah dijabarkan sebelumnya, intinya akan memudahkan kita dalam membangun kesepahaman dengan Sang Anak. Dan itu berarti, ketika pola komunikasi sudah terbiasa dibangun dengan baik. Kita akan mudah untuk memecahkan segala permasalahan dalam hubungan kita dengan si buah hati. Kenapa? Karena pada dasarnya, segala persoalan muncul karena adanya perbedaan pemahaman antara orang tua dan anak.

Tapi ingat, jangan paksakan anak untuk mengerti kita. Perlahan saja, sabar, dan evaluasi juga diri kita dalam bersikap terhadap Sang Anak. Selamat mencoba!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketawa Karir

Prinsip-Prinsip Penilaian Aset / Properti

3 Metode Pendekatan Penilaian Properti Beserta Kekurangan dan Kelebihannya